Sunday, June 30, 2024

Stop Bullying

Oleh: Syamsul Kurniawan 

KASUS bullying berpengaruh dalam perilaku seseorang yang memiliki perilaku menindas seseorang atau beberapa orang yang lebih lemah agar terlihat kuat. Perilaku agresif yang ditunjukkan ini sedang marak terjadi di sekitar dan tak jarang banyak yang mengabaikan kasus yang terjadi tersebut. Dikutip dari situs UNICEF, bullying adalah pola perilaku, bukan insiden yang terjadi sekali-kali. Anak-anak yang melakukan bullying biasanya berasal dari status sosial atau posisi kekuasaan yang lebih tinggi, seperti anak-anak yang lebih besar, lebih kuat, atau dianggap populer sehingga dapat menyalahgunakan posisinya. Dengan demikian, rata-rata pelaku bullying adalah anak yang berasal dari keluarga berkecukupan yang merasa kualitas hidupnya lebih baik daripada anak yang terkena bullying.[1] Perilaku yang sudah meluas ini sudah mulai menyentuh kehidupan banyak orang dan dari ruang lingkup di manapun dengan berbagai pelaku dan korban dari berbagai usia, jenis kelamin, ras, agama, atau status sosial ekonomi.

Belakangan ini, aksi bullying yang kerap terjadi di lembaga-lembaga pendidikan Islam, tak terkecuali madrasah dan pesantren patut diwaspadai. Dalam beberapa kasus di madrasah yang terjadi akibat dari bullying tersebut, korban mengalami luka-luka bahkan mengalami trauma.[2] Demikian pula di pesantren,[3] bahkan ada kasus yang menyebabkan seorang santri meninggal dunia.[4] Sungguh ironi, madrasah dan pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam yang seharusnya menjadi tempat untuk menimba ilmu pengetahuan untuk pembentukan moral dan rumah kedua yang aman dan nyaman, malah menjadi tempat pertama dalam terjadinya bullying.[5]

Bullying merupakan perilaku agresif yang disengaja dan sangat berbahaya dan tidak boleh ditiru karena dapat menimbulkan kerugian dan berdampak pada kehidupan anak-anak dan remaja. Perilaku ini sangat umum terjadi pada remaja, bullying dapat terjadi di berbagai tempat, mulai dari sekolah, di rumah, dan di tempat kerja. Perilaku bullying cenderung kurang terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Ironinya, tidak sedikit – oleh karena ketidaktahuan dampak dari kasus bullying - yang beranggapan bahwa bullying tidaklah berbahaya, padahal sebenarnya bullying dapat memberikan dampak buruk bagi korbannya.[6]

Aspek-aspek bullying meliputi: satu, bullying secara verbal, yaitu menyakiti atau menertawakan seseorang (menjadikannya bahan lelucon), mengkritik seseorang, berbohong atau menyebarkan rumor palsu tentang seseorang (fitnah), memaki, membentak dan memerintah; dua, bullying secara sosial, yaitu penolakan secara sengaja atau pengucilan seseorang dari kelompok teman atau mengucilkan mereka atau mengirimkan catatan dan berusaha membuat orang lain tidak menyukainya (diskriminasi); dan tiga, bullying secara fisik, yaitu memukul, menendang, mendorong, menarik, mencubit, mempermainkan atau meneror dan melakukan hal-hal dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian. Bentuk dan jenis bullying yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain mempunyai tujuan yang sama, yaitu untuk "memberi tekanan" kepada korban dan memperoleh kepuasan dari perlakuan tersebut. Pelaku senang melihat korban ketakutan dan gelisah.[7]

Perilaku bullying sangat berdampak bagi korban, karena dari perilaku bullying korban akan mengalami gangguan pada emosi dan mentalnya. Mereka dapat mengalami hilangnya kepercayaan diri, stress, trauma, hingga bunuh diri. Terkadang bagi pelaku, perilaku yang mereka lakukan hanyalah candaan untuk mengejek sang korban. Tetapi bagi korban perilaku tersebut tidak dapat diterima karena hal tersebut sangat mempengaruhi mentalnya. Maka dari itu, penting bagi madrasah dan pesantren untuk meminimalkan seminimal mungkin kasus bullying di lingkungan sosialnya.

 

Tidak Selayaknya Terjadi

Sebagai lembaga pendidikan Islam, yang mana dasar pendidikannya merujuk ke Al-Qur‘an dan as-Sunnah, bullying tidak seharusnya terjadi di madrasah maupun pesantren. Pada Qs al-Hujurat ayat 11, Allah Swt berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi mereka yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Lalu maka jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan perempuan lainnya, bisa saja yang direndahkan tersebut lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu dan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Menurut tafsir Al-Maraghi, ayat tentang bullying  tersebut diturunkan oleh Allah Swt sebagai teguran bagi Bani Tamim yang kerap kali melakukan perundungan kepada sahabat Rasulullah yang miskin. Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda, "Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah" (HR Imam Bukhari).

Bullying yang mengarah pada kekerasan fisik yang mengarah pada perbuatan menganiaya juga amat dikecam keras, sebagaimana hadits dari Jabir bahwasanya Rasulullah bersabda: “Takutlah engkau semua -hindarkanlah dirimu semua- akan perbuatan menganiaya, sebab menganiaya itu akan merupakan berbagai kegelapan pada hari kiamat." (HR Muslim)

Di madrasah dan pesantren, perilaku bullying tidak sepatutnya dibiarkan terjadi. Sayangnya, banyak yang menganggap kasus bullying hanya sebatas permasalahan sepele namun bullying merupakan salah satu tindakan yang meresahkan yang sudah seharusnya tidak dilakukan karena bullying berdampak pada masalah psikologis yang serius seperti kecemasan, depresi bahkan bunuh diri. Selain masalah psikologis, bullying juga dapat mempengaruhi fisik dan emosional korban.***


[1] M. A. Komaruddiansyah, “Perlindungan Hak Asasi Manusia di Lingkungan Sekolah,” Nomos: Jurnal Penelitian Ilmu Hukum, vol. 1, no. 2, pp. 51–57, 2021.

[2] AJNN, “Sempat Viral di Medsos, Kasus Bullying Murid Madrasah Ibtidaiyah Pidie Jaya Berakhir Damai”, 17 Januari 2024. https://www.ajnn.net/news/sempat-viral-di-medsos-kasus-bullying-murid-madrasah-ibtidaiyah-pidie-jaya-berakhir-damai/index.html; Viva.co.id, “Dua Pelajar Madrasah Tsanawiyah di Bekasi Jadi Korban Perundungan Sadis, Polisi Selidiki”. 3 Oktober 2023. https://www.viva.co.id/trending/1643480-dua-pelajar-madrasah-tsanawiyah-di-bekasi-jadi-korban-perundungan-sadis-polisi-selidiki; Teropong News.com, Kasus “Bullying” Siswi MTs di Kota Sorong Berakhir Damai Usai Dimediasi, https://teropongnews.com/2023/11/kasus-bullying-siswi-mts-di-kota-sorong-berakhir-damai-usai-dimediasi/. 20 Nopember 2023. WARTA KOTALive.com, 2 Oktober 2023. “Kronologi Dua Siswa MTs di Kabupaten Bekasi Jadi Korban Perundungan, Alami Luka Hingga Trauma”, https://wartakota.tribunnews.com/2023/10/02/kronologi-dua-siswi-mts-di-kabupaten-bekasi-jadi-korban-perundungan-alami-luka-hingga-trauma; Redaksi Kompas.com, “Siswa MAN 1 Medan "Di-bully" Kakak Kelas, Disuruh Makan Lumpur dan Isap Sandal”, 25/11/2023. https://medan.kompas.com/read/2023/11/25/184752478/siswa-man-1-medan-di-bully-kakak-kelas-disuruh-makan-lumpur-dan-isap-sandal.

[3] Tempo, “Kronologi Bullying di Pondok Pesantren Malang, Senior Siksa Adik Kelas Pakai Setrika”, Tempo.co (24 Feb 2024), https://metro.tempo.co/read/1837286/kronologi-bullying-di-pondok-pesantren-malang-senior-siksa-adik-kelas-pakai-setrika, accessed 7 Jan 2024.

[4] Detik News, “Santri Kediri Tewas Di-bully, KemenPPPA: Alarm Keras Pesantren Keagamaan”, DETIKNEWS (28 Feb 2024).

[5] Adinda Zahra Nur Aulia, Athaya Ramadhani Putri Cheriyanto, Dini Amalia, Tiara Alifia, Yafi’tasanee Fakhrissa, Eva Laila Rizkiyah, “Penerapan Sikap Religius Dalam Kasus Bullying”, dalam Moderasi: Jurnal Kajian Islam Kontemporer (2023) 1:1, 1-25. (1)

[6] Adinda Zahra Nur Aulia, Athaya Ramadhani Putri Cheriyanto, Dini Amalia, Tiara Alifia, Yafi’tasanee Fakhrissa, Eva Laila Rizkiyah, “Penerapan Sikap Religius Dalam Kasus Bullying”, dalam Moderasi: Jurnal Kajian Islam Kontemporer (2023) 1:1, 1-25. (7)

[7] Adinda Zahra Nur Aulia, Athaya Ramadhani Putri Cheriyanto, Dini Amalia, Tiara Alifia, Yafi’tasanee Fakhrissa, Eva Laila Rizkiyah, “Penerapan Sikap Religius Dalam Kasus Bullying”, dalam Moderasi: Jurnal Kajian Islam Kontemporer (2023) 1:1, 1-25. (7-8)

No comments:

Masa Depan Dialog Antar-Agama di Indonesia

Oleh: Syamsul Kurniawan (Instruktur dan Fasilitator Nasional Moderasi Beragama) " Tidak ada perdamaian antarbangsa, tanpa perdamaian an...