Monday, January 1, 2024

Membangun Karakter Religius di Sekolah

Oleh: Syamsul Kurniawan

KESADARAN religius dari peserta didik di sekolah bisa dibentuk melalui aturan sekolah yang memungkinkan adanya pengkondisian seluruh warga sekolah tak terkecuali peserta didik, untuk disiplin dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya mendukung tumbuhnya karakter religius. Semisal, aturan tentang disiplin untuk shalat dhuha dan dzuhur berjamaah, membaca kitab suci saat memulai jam pertama pelajaran di sekolah, memakai pakaian yang pantas dan menutup aurat sejalan dengan prinsip-prinsip agama, dan lain sebagainya. Dalam membangun kesadaran religius dari peserta didik ini, mulai dari kepala, guru-guru, hingga tenaga kependidikan yang ada di sekolah juga selayaknya semua bisa dijadikan teladan.

Komunikasi yang relasional dan edukatif dengan keluarga peserta didik juga semestinya bisa dibangun. Sebagaimana dimafhumi, walaupun pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, namun demikian dasar dari pendidikan karakter adalah keluarga. Jika seorang peserta didik di sekolah telah mendapat pendidikan karakter (baca: religius) dengan memadai, mestinya kerja-kerja fungsional sekolah untuk membangun karakter religius tidak jadi sulit. Meskipun, harus pula disadari, banyak keluarga yang tidak kondusif dalam membangun atmosfer pendidikan karakter di lingkungannya. Apalagi dalam konteks religiusitas, yang seringkali abai, sebab keluarga yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang memperhalus hati dan budi pekerti.

Kaitannya dengan pendidikan karakter religius di sekolah, guru agama perannya sangatlah penting. Untuk kebutuhan membangun karakter religius ini, guru agama di sekolah dapat melakukan berbagai cara yang relevan untuk membangun karakter religius peserta didik mereka. Sebagian besar guru agama masih menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Itupun tak masalah, selama ketiga metode ini diikuti oleh pembiasaan dan keteladanan. Apapun metodenya, mesti bisa relevan dengan kebutuhan membangun karakter religius dari peserta didik, dan metode ini beririsan dengan proses belajar yang menyeluruh dan berkesinambungan.

Kunci dari pendidikan karakter religius adalah adanya internalisasi nilai-nilai religius pada peserta didik, sehingga ia mampu menghadapi segala tantangan kehidupan di masa depan yang berhubungan dengan religiusitasnya. Nilai-nilai yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu hal yang positif dan dianggap baik untuk dibiasakan dalam pikiran, hati dan tindakan yang menjadikan seseorang dapat memilih dan berbuat kebajikan.

Membangun karakter religius di sekolah, walaupun utama, tapi jelas bukan hanya tanggung jawab dari guru agama, melainkan menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah, yang dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Namun demikian, ada beberapa pengkondisian penting yang bisa dilakukan terhadap kebutuhan membangun karakter religius ini: satu, secara berkesinambungan perlu dilakukan umpan balik tentang kinerja guru di kelas, terutama dalam mengembangkan karakter religius menggunakan kerangka kerja yang jelas dan menyeluruh; dua, mensosialisasikan berbagai cara yang efektif yang melibatkan warga sekolah untuk bertumbuh dan berkembangnya karakter religius; tiga, perlu selalu ada terobosan baru dengan tetap menjadikan guru sebagai idola/ model bagi peserta didik berkaitan dengan kebutuhan mencari teladan dalam karakter religius di sekolah; dan empat, guru-guru (terutama guru agama) selalu mencari variasi model-model pembelajaran, dan selalu membiasakan adanya refleksi setelah materi pelajaran diberikan yang bertujuan membagikan makna atau hikmah dari setiap materi pelajaran yang diajarkan.***  

Masa Depan Pesantren

Oleh: Syamsul Kurniawan Mencermati tren yang ada sekarang, nampaknya sebagian besar anak-anak usia sekolah lebih cenderung memilih sekolah...