Wednesday, August 21, 2024

Merajut Karakter di Era Kekinian: Cara Islam

Oleh: Syamsul Kurniawan

Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi yang tak terbendung, pendidikan karakter dalam konteks Islam semakin relevan untuk dibahas. Sejak awal, Islam telah memberikan perhatian khusus pada pendidikan karakter anak, yang dibingkai dalam nilai-nilai moral dan etika yang universal.

Pendidikan karakter dalam Islam bahkan memiliki fondasi yang kokoh dalam sumber-sumber normatif, yaitu Al-Qur'an dan Hadis. Dalam Surah al-Nahl (16:78), Al-Qur’an mengingatkan kita bahwa setiap individu telah diberi alat untuk belajar, seperti pancaindera, akal, dan hati. Alat-alat ini harus digunakan untuk membangun karakter yang baik, sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT. Ini bukan sekadar upaya intelektual, tetapi juga spiritual, yang bertujuan membentuk manusia yang seimbang antara kecerdasan dan moralitas.

Keluarga dalam Islam juga diakui sebagai fondasi utama dalam pendidikan karakter. Dalam Surah al-Nisa (4:9), Allah SWT menekankan pentingnya peran keluarga dalam mendidik anak-anak agar mereka tumbuh menjadi generasi yang kuat secara moral. Nilai-nilai ketakwaan dan kebaikan harus diajarkan sejak dini, sebagai langkah pencegahan agar anak-anak tidak terjerumus dalam keburukan. Ayat-ayat ini memperlihatkan bahwa Islam sangat memperhatikan keseimbangan antara pendidikan spiritual dan moral, yang keduanya harus berjalan seiring dalam membentuk karakter anak.

Kecuali itu, pemikiran Islam tentang pendidikan karakter telah dikembangkan oleh para filsuf Muslim, seperti Ibn Sina, Imam al-Ghazali, dan Ibn Jama’ah. Mereka berpendapat bahwa anak-anak memiliki kecenderungan alami untuk meniru dan belajar dari lingkungan mereka. Karena itu, pendidikan karakter harus dilakukan melalui contoh nyata, latihan, dan pembiasaan.

Imam al-Ghazali, misalnya, dalam karya-karyanya menekankan pentingnya pembiasaan dalam menanamkan kebajikan pada anak-anak. Pandangan ini sangat relevan di dunia modern, di mana teknologi dan media sering kali menjadi sumber utama informasi dan nilai-nilai bagi anak-anak.

Seperti yang diungkapkan oleh Harari dalam 21 Lessons for the 21st Century (2018), narasi dan pengulangan memainkan peran penting dalam membentuk keyakinan dan perilaku. Oleh karena itu, pendidikan karakter dalam Islam menekankan pentingnya memberikan teladan yang baik dan mengajarkan nilai-nilai moral yang kuat sejak dini.

Kembali ke konteks modern, jelas bahwa tantangan dalam mendidik karakter anak menjadi semakin kompleks. Teknologi dan globalisasi tidak hanya membawa kemajuan, tetapi juga memunculkan dilema moral yang baru. Harari menyoroti bagaimana kecerdasan buatan dan algoritma dapat menggantikan peran manusia dalam pengambilan keputusan, yang berpotensi mengikis nilai-nilai moral. Di sini, pendidikan karakter dalam Islam menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Islam mengajarkan bahwa setiap tindakan manusia harus didasari oleh niat yang baik dan etika yang kuat. Ini berarti bahwa teknologi harus digunakan dengan penuh tanggung jawab, dan manusia harus tetap menjadi penentu dalam setiap keputusan yang diambil. Pendidikan karakter yang berlandaskan nilai-nilai Islam memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana menghadapi tantangan ini, dengan menjaga agar anak-anak tetap memiliki kompas moral yang kuat di tengah arus perubahan.

Dalam dunia yang semakin terpecah oleh perbedaan politik, ideologi, dan ekonomi, pendidikan karakter Islam juga menawarkan solusi untuk membangun perdamaian dan keadilan. Islam menekankan nilai-nilai keadilan (‘adl), kasih sayang (rahmah), dan persaudaraan (ukhuwah), yang semuanya penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis.

Senada dengan ini, Harari dalam 21 Lessons for the 21st Century (2018) menekankan bagaimana dunia saat ini memerlukan nilai-nilai yang dapat menjembatani perbedaan dan menciptakan harmoni. Pendidikan karakter dalam Islam tidak hanya membentuk individu yang baik, tetapi juga masyarakat yang beradab. Ketika anak-anak diajarkan untuk menghargai perbedaan dan menunjukkan empati, mereka tidak hanya tumbuh menjadi pribadi yang kuat, tetapi juga menjadi agen perubahan yang dapat membawa perdamaian di tengah keragaman.

Sebagai penutup, pendidikan karakter dalam Islam, dengan fondasi normatifnya yang kuat, menawarkan solusi yang relevan dan berkelanjutan untuk tantangan-tantangan modern yang dihadapi saat ini. Namun demikian, pendidikan yang hanya berfokus pada penguasaan pengetahuan tidak cukup untuk mempersiapkan generasi masa depan. Diperlukan pendidikan yang juga membentuk karakter, sehingga generasi mendatang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki moralitas yang kokoh.

Ketika kita menghadapi era disrupsi yang penuh ketidakpastian, ajaran-ajaran Islam tentang pendidikan karakter memberikan kita panduan yang jelas. Dengan menanamkan nilai-nilai moral dan etika sejak dini, kita dapat membentuk generasi yang mampu menavigasi kompleksitas dunia modern dengan hati nurani yang benar dan keimanan yang teguh. Inilah yang dibutuhkan dunia saat ini—pendidikan yang holistik, yang mampu menjembatani tradisi Islam dengan tuntutan modernitas, dan memberikan harapan untuk masa depan yang lebih adil dan manusiawi.***

No comments:

Masa Depan Dialog Antar-Agama di Indonesia

Oleh: Syamsul Kurniawan (Instruktur dan Fasilitator Nasional Moderasi Beragama) " Tidak ada perdamaian antarbangsa, tanpa perdamaian an...