Wednesday, May 29, 2024

Sekolah Untuk Membangun Karakter

Oleh: Syamsul Kurniawan

PENDIDIKAN karakter penting dalam usaha membangun sumber daya manusia sehingga menjadi pribadi-pribadi yang berkarakter. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku, yang menjadi karakteristik seseorang dalam menjalani hidup, berinteraksi dan bekerjasama dengan sesamanya. Seseorang disebut berkarakter baik, manakala ia berpikir dan berperilaku baik. Disebut juga memiliki karakter baik juga karena ia bisa membuat keputusan tepat dalam berbuat, dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.


Setelah keluarga, sekolah menjadi tempat di mana siswa-siswa dididik menjadi pribadi-pribadi terdidik dan mencapai kedewasaannya. Jika pada keluarga, pendidikan karakter amat bergantung pada didikan anak oleh orang tuanya, maka di sekolah tanggung jawab pendidikan karakter dipikulkan di pundak para guru. Hal ini berarti guru bukan sembarangan profesi. Keberadaannya amat menentukan terutama dalam membangun karakter (character building).

Karena itu, guru harus menjadi model bagi siswa-siswanya, yaitu dalam menghayati dan mengamalkan dengan baik nilai-nilai dan norma-norma dalam hidupnya. Hal ini berarti guru tidak boleh hanya paham teori saja, melainkan pula mampu mempraktikkannya. Di sinilah akan teruji profesionalisme dari seorang guru. Guru baru disebut profesionalisme dalam hal ini, manakala ia tidak hanya mampu mengalihkan informasi dan pengetahuan tentang nilai-nilai karakter, tetapi juga bisa menghayati dan sekaligus mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.

Kecuali faktor guru, program-program sekolah juga amat menentukan keberhasilan pendidikan karakter, seperti melalui muatan lokal dan kegiatan ekstrakurikuler. Muatan lokal merupakan bahan kajian yang ditujukan untuk membentuk pemahaman siswa terhadap potensi daerah atau tempat tinggalnya. Muatan lokal sebagai bahan kajian yang diharapkan dapat membangun pemahaman siswa terhadap potensi daerah tempat tinggalnya, bermanfaat untuk memberikan bekal skiap, pengetahuan, dan keterampilan pada siswa, sehingga:
pertama, mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;
kedua, memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya, yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya;
dan ketiga, memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka mendukung pembangunan nasional.

Pada konteks ini, jenis-jenis muatan lokal mencakup empat rumpun muatan lokal, yang merupakan persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosial, budaya dan politik), kewirausahaan (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya (dimensi fisik).

Pertama, budaya lokal mencakup pemikiran atau pandangan mendasar, nilai-nilai sosial, atau standar perilaku yang luhur yang bersifat lokal; 
kedua, kewirausahaan sebagai pendidikan yang berorientasi pada pengembangan jiwa usaha dan kecakapan dalam berwirausaha;
ketiga, pendidikan lingkungan dan kekhususan lokal lainnya, yang bertujuan agar siswa mengenali lingkungannya lebih baik, mengembangkan kepedulian terhadap lingkungan dan mengembangkan potensi lingkungannya.

Perpaduan ketiganya ini, akan menumbuhkan kecakapan hidup siswa.

Berikutnya adalah kegiatan ekstrakurikuler yang juga penting dalam mendukung keberhasilan pendidikan karakter. Kegiatan ekstrakurikuler adalah program kurikuler yang waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Bisa juga dikatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah perangkat operasional sebagai suplement dan complement kurikulum, yang harusnya juga disusun dan tertuang dalam rencana kerja tahunan atau kalender pendidikan pada satuan pendidikan.

Kegiatan ekstrakurikuler dapat diklasifikasikan menjadi dua:

Pertama, ekstrakurikuler wajib, merupakan kegiatan ekstrakurikule yang wajib diikuti oleh semua siswa tanpa terkecuali, kecuali dengan kondisi tertentu yang tidak memungkinkannya tidak ikut dalam kegiatan tersebut. Di antaranya Kepramukaan, yang selayaknya diwajibkan untuk diikuti oleh seluruh siswa, mulai dari jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) hingga pendidikan menengah (SMA/SMK). Pelaksanaannya dapat bekerjasama dengan organisasi kepramukaan setempat atau terdekat.
Kedua, ekstrakurikuler pilihan, seperti Palang Merah Remaja, Pasukan Pengibar Bendera, Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR) dan lain sebagainya. Juga masuk dalam kriteria ekstrakurikuler pilihan seperti, klub olahraga sekolah seperti klub sepak bola, klub basket, dan lain-lain, atau klub seni di sekolah seperti klub tari, klub seni lukis, dan seterusnya.

Keberhasilan pendidikan karakter di sekolah dipercaya dapat meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada usaha membangun karakter (character building) siswa, secara utuh, terpadu dan seimbang. Faktor guru dan program-program sekolah sebagaimana paparan di atas amat menentukan keberhasilan pendidikan karakter, seperti melalui muatan lokal dan kegiatan ekstrakurikuler. Harapannya, siswa dapat secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter yang terwujud dalam kesehariannya.***

No comments:

Masa Depan Dialog Antar-Agama di Indonesia

Oleh: Syamsul Kurniawan (Instruktur dan Fasilitator Nasional Moderasi Beragama) " Tidak ada perdamaian antarbangsa, tanpa perdamaian an...