Tuesday, March 21, 2023

Perguruan Tinggi dan Character Building

Oleh: Syamsul Kurniawan (Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam, IAIN Pontianak)

Karakter perlu dibangun (character building) dalam kerja-kerja tridharma perguruan tinggi. Untuk itu, seluruh unsur di perguruan tinggi perlu membangun komitmen bersama untuk menjaga arah kebijakan di perguruan tinggi tetap pada koridor yang kondusif dalam membangun karakter mahasiswa-mahasiswanya. Hasil yang diharapkan dari membumikan pendidikan karakter adalah bagaimana alumni-alumni perguruan tinggi di Indonesia kelak nantinya tidak hanya ungul berdaya saing, berkualitas dan mampu menjadi tenaga kerja produktif pada berbagai bidang, tetapi juga mempunyai karakter.

Mencapai kesemuanya itu, tentu bukan perkara mudah. Untuk tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah strategis. Salah satunya adalah bagaimana pendidikan karakter dapat menjadi “ruh” dari perguruan tinggi. Ini berarti pula, pada perguruan tinggi, pendidikan karakter mestinya dapat membingkai dan menjiwai kerja-kerja tridharma perguruan tinggi yaitu pembelajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan kata lain, kerja-kerja tridharma perguruan tinggi tersebut hendaknya bisa berkorelasi dengan kerja-kerja membangun karakter.

Mengapa Penting?

Di tengah-tengah masyarakat yang cenderung hedonis, program membangun karakter di perguruan tinggi hendaklah memuat usaha untuk membantu para mahasiswa melihat kenyataan secara kritis. Membangun karakter di perguruan tinggi ini tercakup dalam tri dharma perguruan tinggi, yakni: pertama, pendidikan dan pengajaran; kedua, penelitian dan pengembangan; dan ketiga, pengabdian pada masyarakat. ketiga fungsi perguruan tinggi tersebut hendaknya dapat dikembangkan secara simultan dan bersama-sama.

Kegiatan penelitian dan pengembangan hendaknya menjunjung tinggi kegiatan pendidikan dan pengajaran serta kegiatan pengabdian pada masyarakat. Kegiatan penelitian diperlukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi. Untuk dapat melakukan penelitian diperlukan adanya tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan yang dikembangkan sebagai hasil pendidikan dan penelitian itu hendaknya dapat diterapkan melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat sehingga masyarakat dapat memanfaatkan dan menikmati kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Dari sini semakin jelaslah hubungan antara masing-masing tri dharma perguruan tinggi. Kerja-kerja tri dharma perguruan tinggi ini dilakukan tetap berada dalam koridor kepentingan membangun karakter mahasiswa.Dalam menjalankan kerja-kerja tri darma perguruan tinggi tersebut, kegiatan mahasiswa diklasifikasikan ke dalam dua bentuk yaitu intrakurikuler dan ekstrakurikuler.

Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan program pendidikan yang telah tersusun pada kurikulum program studi. Sementara kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk dalam waktu libur) yang dilakukan di kampus ataupun di luar kampus dengan tujuan menumbuhkan dan meningkatkan kompetensi/ karakter mahasiswa mengenai hubungan antara berbagai mata kuliah, menyalurkan bakat dan minat, meningkatkan kesejahteraan dan menumbuhkan kepekaan sosial serta melengkapi upaya mewujudkan manusia seutuhnya. Sementara kegiatan pada unit kegiatan mahasiswa adalah kegiatan kemahasiswaan yang meliputi: penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa, dan sosial kemasyarakatan. Tujuan kegiatan-kegiatan kemahasiswaan yang dimaksud di sini adalah untuk memperluas wawasan, menyalurkan bakat minat, serta pembentukan karakter seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan tinggi. Kegiatan penalaran merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler yang menampung dan membentuk mahasiswa dalam meningkatkan dirinya sebagai mahasiswa pemikir, kreatif dan inovatif dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, seni dan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Contoh: diskusi ilmiah, seminar ilmiah, kegiatan bakti sosial, dan sebagainya.

Baik kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang merupakan implementasi dari tri darma perguruan tinggi, diharapkan mahasiswa dapat mengedepankan dan menggunakan rasionalitas dalam berpola pikir, berpola wicara, dan berpola perilaku. Kerja-kerja tri dharma perguruan tinggi sebagaimana di atas positif dalam membangun karakter pada mahasiswa. Karena melalui kerja-kerja tri dharma perguruan tinggi, mahasiswa dapat disiapkan dan diberdayakan agar mampu mempunyai kualitas karakter dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan, kebutuhan, serta tantangan dan persaingan dalam kehidupannya.Menilik peran dan fungsi mahasiswa yang begitu strategis, mahasiswa perlu memiliki karakter yang kuat.

Betul bahwa karakter seorang mahasiswa tidaklah dapat dibentuk secara otomatis; sim salabim. Seorang mahasiswa yang mengenyam dan menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi misalnya, tidak serta merta memiliki karakter unggul secara otomatis setelah menyelesaikan pendidikan tinggi mereka. Kata kuncinya adalah proses yang berkelanjutan.Meskipun demikian, bukan berarti karakter mahasiswa tidak dapat berkembang selama mengikuti pendidikan di perguruan tinggi, karena karakter seseorang dapat ditumbuhkan secara perlahan dan berkelanjutan melalui proses pendidikan.

Mengevaluasi Kurikulum

Agar alumni-alumni perguruan tinggi kita tidak hanya unggul dan berdaya saing, atau mampu menjadi tenaga kerja produktif pada berbagai bidang, tetapi juga mempunyai karakter, maka pada ranah ini perlu diperlukan pembenahan kurikulum. Kerja-kerja untuk membenahi kurikulum pendidikan tinggi ini dalam rangka memuluskan cita-cita membumikan pendidikan karakter di perguruan tinggi. Hal ini penting diperhatikan, baik oleh perguruan tinggi maupun pemerintah (yang dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).

David Joseph Schwartz (1927-1987) mengatakan bahwa perguruan tinggi, dapat menggunakan kekuatan kurikulumnya, khususnya efek baiknya, untuk membentuk pemikiran dan karakter mahasiswanya. Kurikulum ini tidak saja membentuk intelectual habits namun juga moral habits mahasiswa. Saat ini yang diperlukan oleh perguruan tinggi adalah kurikulum pendidikan yang berkarakter; dalam arti kurikulum perguruan tinggi itu sendiri memiliki karakter, dan sekaligus diorientasikan bagi pembangunan karakter mahasiswa.

Perbaikan kurikulum perguruan tinggi dengan demikian menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum itu sendiri (inherent), bahwa suatu kurikulum yang berlaku harus secara terus-menerus dilakukan peningkatan dengan mengadopsi kebutuhan yang berkembang. Terpenting pula bagi sebuah kurikulum adalah kemampuan suatu kurikulum dalam mengadaptasi perkembangan yang terjadi dalam masyarakat dan menerapkannya dalam proses pendidikan.Konsepsi kompetensi mahasiswa yang diharapkan dari suatu kurikulum di perguruan tinggi yang terutama adalah melakukan sesuatu sesuai konteks dan secara kreatif. Isi (content) kurikulum di perguruan tinggi haruslah merupakan usaha-usaha yang terarah dan terpadu untuk membangun sikap mental mahasiswa yang memiliki karakter dan mampu membangun peradaban bangsanya sendiri. Selebihnya adalah pengkondisian nilai-nilai karakter melalui budaya kampus.***

No comments:

Mahasiswa dan Copy Paste Karya Tulis Ilmiah

  MENUMBUHKAN tradisi menulis  di kalangan mahasiswa bukanlah perkara gampang. Apalagi, belakangan muncul gaya hidup instant di kalangan mah...