Thursday, April 4, 2024

Tips Menulis Opini

Oleh: Syamsul Kurniawan

Pada sebuah kegiatan seminar kepenulisan, seorang peserta seminar bertanya pada saya: “Pak, saya kok sulit menuangkan ide-ide ke dalam sebuah Opini?”. “Rasa-rasanya kok menulis Opini susah sekali ya Pak?.” Peserta lain juga ada yang mengeluhkan tentang betapa sulitnya ia mulai kata pertama pada Opini yang ingin ia buat. 

Dulu, sewaktu masih jamannya menulis memanfaatkan mesintik (baca: mesin ketik), entah berapa rim kertas habis disobek-sobek, dan dibuang ke keranjang sampah. Sekarang, jaman serba mudah, apapun yang kita ketik di komputer atau laptop kita dapat dikoreksi dengan mudah dan tidak perlu lagi menyobek kertas. Meski dipemudah oleh kecanggihan teknologi komputer, tapi tidak satupun tulisan yang jadi. Jauh di lubuk pikiran kita, betapa sulitnya memulai menuangkannya dalam tulisan. Kalaupun sebuah tulisan sukses dibuat, yang justru muncul adalah rasa minder untuk mempublikasikannya. Seolah, tulisan yang dibuat begitu jeleknya untuk dibaca orang lain.  

Kasus yang dialami peserta seminat di atas mungkin terjadi pada Anda atau yang lain, yang baru mengemukakan ketertarikannya di dunia kepenulisan Opini. Menurut saya, penyebab paling mendasar dari sulitnya seseorang menulis Opini adalah mindsetnya. Ada perasaan tidak percaya diri, bahwa Opini yang mereka buat begitu jeleknya, sehingga minder jikalau Opini yang dibuatnya itu dibaca oleh orang lain. Atau, lantaran tidak bagus atau takut salah maka malu kalau orang lain membacanya. Daripada menerima malu lebih baik dibatalkan, disobek, tidak disimpan dalam bentuk file, atau apalah namanya. Alam bawah sadar mengkondisikan, bahwa cara tersebut terasa menyelamatkan harga diri dan wibawa. Tapi pendapat saya, proses keterampilan menulis sebuah Opini Anda tidak pernah terujud.

Aneh...! Bagaimana tidak aneh. Mau menjadi penulis Opini, atau paling tidak belajar menjadi penulis Opini yang Opininya diterbitkan di koran-koran dan/atau minimal di blog, tapi kok Anda takut tulisan Opininya dibaca oleh orang? Takut ketiban malu, karena orang menilai tulisan Opini yang Anda buat, begitu jeleknya atau banyak salahnya. Tidak seharusnya begitu!!!.

Begini saja perumpamaannya. Dulu, sewaktu Anda kecil, ketika belajar berjalan. Kala itu Anda jatuh bangun dan menangis. Untungnya, Anda tidak malu untuk terus belajar. Jika Anda malu, sungguh Anda tidak akan mampu berjalan pada hari ini. Betulkan?

Perumpamaan lain, saat Anda belajar bersepeda. Jatuh dan bangun juga. Anda bangun lagi dan bangun lagi walaupun dengkul Anda berlumuran darah dan tambal-tambalan kapas serta obat merah. Sampai pada suatu ketika keseimbangan Anda peroleh, sepeda anda kayuh dengan stabil. Jalanlah sepeda roda dua tersebut. Lupa deh, pada dengkul yang luka-luka. Semuanya lunas terbayar ketika kita bisa menaiki sepeda tadi.

Demikian pula halnya dengan menulis sebuah Opini. Untuk dapat menulis Opini maka langsung saja menulisnya. Satu hal penting yang harus Anda tumbuhkan adalah “KEMAUAN UNTUK MEMULAI”. Jika kemauan belum muncul, padahal tuntutan menghasilkan Opini terus saja ada, Anda perlu MEMOTIVASI DIRI SENDIRI. Bagaimana caranya? Anda yang paling tahu, bagaimana cara memotivasi diri Anda sendiri. Pastinya tergantung motif. Misalnya, Satu, karena ingin cepat menyelesaikan tugas menulis Opini yang disuruh dosen. Sebagaimana dimafhumi, di mata kuliah-mata kuliah tertentu, ada dosen-dosen yang menugasi mahasiswa dengan pekerjaan menulis Opini. Nah itu bisa jadikan sebagai motivasi; Dua, namanya dikenal orang (terkenal) karena Opininya sering nongol di Koran; Tiga, kepuasan pribadi menulis Opini dan menyebarkan gagasan Anda tentang sebuah hal yang belum banyak dibahas orang; Empat, menanggapi tulisan Opini, pendapat, atau mereaksi suatu keadaan; (5) menambah penghasilan. Sebab, ada sebagian koran atau media online yang memberi apresiasi berupa sejumlah uang ketika Opini Anda diterbitkan mereka.

Lazimnya, orang mempunyai kemauan dan termotivasi karena memiliki pengetahuan dan kemampuan. Maka PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN menurut saya sebuah hal lain yang harus terus Anda asah jika berkeinginan menjadi penulis Opini. Dalam hal ini ada hubungannya dengan selera baca dan jam terbang membaca Anda. Semakin Anda meluangkan banyak waktu untuk membaca, pengetahuan Anda akan bertambah. Demikian pula selera bacaan Anda saya selalu percaya akan menentukan kualitas tulisan yang Anda buat. Ingat baik-baik, PENULIS YANG BAIK ADALAH PEMBACA YANG BAIK. Pengetahuan dan kemampuan berkaitan dengan isi tulisan, apa yang diuraikan dalam Opini Anda, ia juga berkaitan dengan cara dan tatacara mengungkapkannya.

Simpulannya, untuk menjadi penulis atau menghasilkan Opini orang harus memiliki KEMAUAN, MOTIVASI, PENGETAHUAN, DAN KEMAMPUAN.

“Untuk menjadi penulis, yang dibutuhkan hanyalah kemauan keras untuk menulis dan kemudian mempraktikkannya, orang yang hanya mempunyai kemauan untuk menulis namun tidak pernah melakukannya maka ia sama saja dengan bermimpi untuk memiliki mobil, tanpa ada usaha dan kerja keras untuk memilikinya”. Demikian tulis Stephen King, seorang penulis Amerika yang terkenal.

Sugesti Buat Anda yang Ingin Menulis Opini
Topik Opini sebaiknya dicari yang sesuai dengan bidang karena masalah itu yang paling Anda kuasai. 

Satu, Banyak-banyak membaca gagasan-gagasan orang,  baik itu jurnal, laporan penelitian, buku, makalah, dan tentu saja Opini yang berkaitan dengan topik yang sedang ingin kita tulis. Tentu saja, “penulis Opini yang baik (sebagaimana telah disinggung di atas) pasti sekaligus pembaca yang rajin.” Cermati bagaimana isi tulisan-tulisan itu: gagasan, pengembangan dan pengorganisasian gagasan, bahasa, dll. Dari kegiatan-kegiatan itu lazimnya akan muncul “ide” di benak kita. Ingat sekali lagi, penulis Opini yang baik adalah pembaca yang baik.
Dua, Dalam membaca, penting Anda mencermati pola pikir pengarang lain. Cermati dan ikuti bagaimana cara: (a) pengembangan gagasan; (b) pengembangan alinea. (c) perujukan acuan; (d) pengarang yang dirujuk; (e) peramuan berbagai gagasan dari berbagai sumber; (f) sikap pengarang; (g) gaya tulisan dan ejaan, dan lain sebagainya. 

Tiga, Aktifitas menulis Anda tidak cukup hanya berbekal teori walau pengetahuan teoretis juga penting. Untuk dapat menulis, Anda harus benar-benar memulai langsung. PRAKTIK MENULIS. Seperti belajar bersepeda: untuk dapat bersepeda Anda harus betul-betul praktik bersepeda dengan resiko terjatuh dari sepeda. 

Empat, Menulislah tanpa merasa takut tulisan Opini Anda dinilai jelek oleh orang yang membacanya. Santai saja, jika ada yang nyinyir. Bentuk tulisan Opini Anda bisa jadi masih berwujud coretan-coretan ekspresif, tidak karuan, tidak saling terkait. Itu tidak masalah, sebab substansinya adalah menuliskan apa saja gagasan dan ide-ide atau pendapat Anda. Selanjutnya, coba Anda kembangkan gagasan-gagasan yang masih tak karuan itu, menjadi sebuah tulisan Opini yang utuh dan enak dibaca. Tidak mesti terburu-buru untuk menghasilkan sebuah Opini yang baik.

Lima, Jika bentuk tulisan Opini kita adalah bentuk ilmiah populer, maka penting Anda menyertakan rujukan atau kutipan, baik dari jurnal, buku-buku, atau sumber kepustakaan yang lain. Namun yang harus dijadikan catatan: “TEKS YANG DIRUJUK HARUS BENAR-BENAR DIBACA (tidak sekadar untuk ‘sok-sok’-an)”. Cara merujuk harus tepat dan konsisten sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Hati-hati terjebak pada plagiasi. Hindari copy paste tanpa menyertakan kutipan sumber.

Enam, Jangan merasa tabu menerima masukan pembaca Opini Anda. Justru masukan atau kritikan pembaca membuka peluang Anda untuk mengevaluasi kembali yang Anda tulis, dan kembali menyempurnakan tulisan Anda. Tidak ada sebuah tulisan yang dibuat oleh manusia, dan betul-betul sempurna, termasuk Opini.

Tujuh, perlu saya garusbawahi, MENULIS OPINI ITU SANGATLAH MUDAH (TIDAK TERASA SULIT) DILAKUKAN JIKA KITA “MAU” MELAKUKANNYA. 
Jadi, mengapa Anda tidak mulai memotivasi diri Anda untuk menulis dan menulis. Mulai sekarang juga diputuskan untuk segera menulis Opini, topik apa pun bisa ditulis, tinggal Anda pandai-pandai menemukan sudut pandang.***

No comments:

Mahasiswa dan Copy Paste Karya Tulis Ilmiah

  MENUMBUHKAN tradisi menulis  di kalangan mahasiswa bukanlah perkara gampang. Apalagi, belakangan muncul gaya hidup instant di kalangan mah...